Senin, 26 April 2010

Dampak Perubahan Iklim

Perubahan iklim merupakan fenomena global yang dampaknya akan dirasakan oleh manusia di seluruh belahan bumi. Dalam United Nations Framework Convention on Climate Changet (UNFCCC), perubahan iklim didefinisikan sebagai perubahan pada iklim (tambahan terhadap variabilitas alamiah) dalam kurun waktu yang sebanding dan dapat dikaitkan secara langsung ataupun tidak langsung kepada aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan pada komposisi atmosfer global.

Perubahan iklim membawa dampak yang luas dalam banyak segi kehidupan manusia. Besarnya dampak perubahan iklim dipengaruhi oleh kerentanan suatu system (ekosistem, social ekonomi, kelembagaan). Terdapat dua macam risiko dampak akibat perubahan iklim, yaitu risiko yang ekstrim sederhana dan risiko ekstrim kompleks, dengan perubahan yang dapat menguntungkan dan merugikan. Perubahan iklim dapay menimbulkan krisis multidimensi.

Perubahan iklim membawa dampak yang mangancam keberlanjutan kehidupan manusia...

  • Foto: Michael Nolan

    Bentuk serupa wajah Bumi Pertiwi yang menangis terbentuk akibat lelehan es di Nordaustlandet, Svalbard, Norwegia. Diambil oleh fotografer kelautan sekaligus penggiat lingkungan Michael Nolan

    Es di kutub mencair sehingga berpotensi menenggelamkan pulau-pulau kecil, termasuk Indonesia
  • Foto: Kompas/Agus Susanto

    Air Bersih Warga memanfaatkan sumur pompa untuk mandi, mencuci dan minum di RT 10 RW 10 Kelurahan Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Kualitas air tanah dangkal di Jakarta cenderung terus menurun, terkontaminasi limbah rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik.

    Air bersih semakin sulit didapatkan. Pada tahun 2080 , diperkirakan terdapat 3 milyar orang akan mengalami kekurangan air bersih
  • Foto: Kompas/Agus Susanto

    Warga menelepon menembus air bah di RW 10, Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (3/11). Hujan deras dan banjir kiriman dari Sungai Ciliwung membuat kawasan tersebut banjir hingga ketinggian 1 meter.

    Banjir di dataran rendah. Bencana ini bisa menimpa kawasan subur bagi pertanian seperti Bangladesh, Maldives, dan lokasi kota-kota di pinggir pantai seperti Jakarta!
  • Foto: Kompas.com/ Kristianto Purnomo

    Bocah-bocah menyegarkan badan dengan mandi di kolam air mancur Bundaran Hotel Indonesia akibat panasnya udara Jakarta, Minggu (31/5). Masyarakat perlu mewaspadai pergantian cuaca yang ekstrem akibat musim pancaroba seperti saat ini, karena berdampak munculnya berbagai penyakit.

    Suhu naik secara ekstrim. Panas terik yang dirasakan, merupakan salah satu dampak perubahan iklim. Suhu rata-rata Kalimantan yang biasanya sekitar 35C menjadi 39C. Di Sumatera, dari suhu rata-rata 33-34 C naik hingga 37C. Sementara Jakarta, dari 3t-34C berubah menjadi 36C. Peningkatan suhu rata-rata tahunan telah meningkat sekitar 0,3 derajat Celsius pada seluruh musim terutama sejak 1990.
  • Foto: Kompas/Bahana Patria Gupta

    Anak pulang sekolah dengan memotong jalan melewati sawah yang mengering di Desa Wonoagung, Kecamatan Karangtengah, Demak, Jawa Tengah, Jumat (9/10). Walau di sejumlah daerah petani mulai mempersiapkan musim tanam, menurut Badan Metereologi dan Geofisika (BMG) Kota Semarang musim hujan baru akan terjadi pada pertengahan November.

    Wilayah Indonesia Selatan semakin kering, sementara di kawasan utara terjadi peningkatan curah hujan secara besar-besaran. Frekuensi dan intensitas hujan badai dan angin topan semakin tinggi
  • Foto: Kompas/Bahana Patria Gupta

    Maryam (49) memotong padi yang siap panen yang sempat terendam air selama tiga hari dan mulai membusuk pasca surutnya banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Blorong, Kelurahan Kebondalem, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Selasa (10/2). Sedikitnya sebanyak 4.017 hektar sawah di Kabupaten Kendal terendam banjir.

    Gagal panen sering terjadi, ikan semakin sulit didapatkan saat terumbu karang hancur. Kondisi ini memicu kelangkaan pangan
  • Foto: Kompas.com/ Kristianto Purnomo

    Kabut menyelimuti kawasan Jalan MH Thamrin saat hujan mengguyur Jakarta, Senin (16/11). Hujan deras disertai kabut membuat jarak pandang berkurang.

    Peningkatan intensitas curah hujan, di Indonesia curah hujan per tahun diperkirakan meningkat 2-3% di seluruh Indonesia, dalam periode yang lebih pendek tetapi meningkatkan resiko banjir secara signifikan
  • Foto: Serambi Indonesia/M Anshar

    Petani mengangin-anginkan padi hasil panen di areal persawahan Desa Lhok Mee, Kecamatan Lhoong, Aceh Besar, Selasa (29/9). Pemerintah telah menyatakan Indonesia tahun 2008 telah mencapai swasembada beras dengan total produksi mencapai 3,1 juta ton, sehingga sepanjang tahun tidak pernah impor beras. Untuk tahun ini pemerintah menargetkan pertumbuhan lebih untuk bisa mencapai ekspor beras.

    Ancaman terhadap ketahanan pangan pada bidang pertanian.
  • Foto: Kompas/Wisnu Widiantoro

    Seorang anak membantu pedagang buah mangga untuk melintasi derasnya arus air saat terjadi banjir akibat pasang laut di Kawasan Muara Baru, Jakarta Utara, Minggu (16/11). Banjir tersebut berpotensi menjadi lebih besar saat Jakarta diguyur hujan deras.

    Naiknya permukaan air laut yang akan berakibat pada tergenangnya daerah produktif pantai seperti pertambakan ikan dan udang, produksi padi dan jagung.
  • Foto: Kompas/Lasti Kurnia

    Relawan penyelam memasang potongan karang pada subtrat (media tumbuh buatan) saat kegiatan pengenalan rehabilitasi terumbu karang dengan cara transplantasi di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, Minggu (25/11). Tiga puluh penyelam dari berbagai organisasi selam di Indonesia ini juga pada hari Sabtu (24/11) melakukan bersih laut dengan cara memungut sampah yang tidak terurai di dalam laut, seperti plastik yang berasal dari sampah di darat.

    Air laut bertambah hangat, yang berpengaruh terhadap keanekaragaman hayati laut dan terlebih pada terumbu karang yang sudah terancam (coral bleaching).
  • Foto: Kompas/Wisnu Widiantoro

    Seorang ibu menemani anaknya, Adi, yang dirawat di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat karena terserang penyakit Demam Dengue (DD), Selasa (24/2). Sebanyak 61 pasien yang terdiri dari 44 pasien DD dan 17 orang pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) dirawat di rumah sakit tersebut. Pada pagi harinya, seorang pasien DBD meninggal dunia.

    Merebaknya penyakit yang berkembang biak lewat air dan vektor seperti malaria dan demam berdarah.
  • Foto: Tribun Pekanbaru/Melvinas Priananda

    Patroli gabungan dari kepolisian, dinas kehutanan; dan WWF melakukan pemantauan terhadap para perambah hutan di kawasan milik PT Nanjak Makmur di kecamatan Langgam, kabupaten Pelalawan, Riau, Senin (24/11). Kegiatan ini sekaligus sosialisasi terhadap para perambah hutan agar segera meninggalkan kawasan tersebut terkait perencanaan perluasan Taman Nasional Tesso Nilo menjadi 100.000 hektar pada Desember mendatang.

    Dalam 1 menit perusakan hutan di Indonesia terjadi seluas 5 kali luas lapangan sepak bola. Dengan kata lain, dalam sejam hutan seluas 300 lapangan sepak bola rusak.
  • Foto: Kompas/Ahmad Arif

    Penambang emas di Sungai Batang Natal. Limbahnya yang berbahaya dibuang langsung ke sungai.

    Pada tahun 2005, produksi emas Indonesia 142.894 kilogram. Tahukah Anda, 1 gram emas menghasilkan 2,1 ton limbah seperti lumpur, timbal, merkuri, sianida. Di Indonesia, permintaan ekspor emas tertinggi di Asia Tenggara dengan jumlah 16,1 ton, dimana konsumsi dalam negeri pada tahun 2008 mencapai 60 ton.
  • Foto: Kompas/Lasti Kurnia

    Aktivis Greenpeace mengunakan topeng dan gergaji buatan melakukan aksi damai menyerukan penghentian penggundulan hutan di depan Gedung Departemen Kehutanan, Jakarta, Rabu (6/8).

    1 rim kertas (500 lembar) menghabiskan 2 meter persegi hutan alam atau 1 batang pohon. Konsumsi kertas Indonesia per kapita kurang dari 27 kilogram/orang/tahun. Diprediksi, 10 tahun ke depan Indonesia tidak memiliki hutan lagi.
  • Foto: Tribun Pekanbaru/Melvinas Priananda

    Hutan alam di kawasan Semenanjung Kampar, kabupaten Siak, terlihat gundul akibat ditebang untuk dijadikan perkebunan sawit, Kamis (6/11). Hutan tersebut merupakan benteng hutan alam terakhir di Sumatera yang telah diubah untuk kepentingan industri.

    Lahan produktif yang telah diolah di Indonesia sebanyak 17.665.000 hektar. Sebanyak 70 persen dari lahan itu adalah lahan kering, sisanya lahan basah. Akibat penebangan liar yang terjadi, banyak lahan kering yang tidak digarap. Erosi kerap terjadi dan tanah berkurang kesuburannya.
  • Foto: Kompas/Agus Susanto

    Sampah Berbahaya Pemulung mengayuh styrofoam mencari barang bekas di Kali Jelakeng, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (17/2). Setiap hari, ada 6.000 ton sampah yang diolah Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Dari jumlah itu, 45 persen adalah sampah anorganik. Sebanyak 60 persen sampah anorganik merupakan plastik yang sulit diurai dan mengandung bahan kimia berbahaya.

    Dibutuhkan 3,2 gram bahan bakar dari fosil untuk membuat sebuah gelas dari styrofoam. Dengan mengurangi wadah stereofoam sebanyak 10 persen, kita bisa menyelamatkan atmosfer sebanyak 600 kg CO2 per tahun.
  • Foto: Kontan/Muradi

    Lalu lintas macet total di Jalan Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Jumat (26/9). Kondisi ini juga terjadi di banyak ruas jalan di ibukota.

    Jumlah kendaraan yang terregistrasi di Polri hingga tahun 2007 mencapai 17 juta unit. Semakin banyak kendaraan, semakin banyak polusi, semakin panas permukaan bumi, semakin cepat naiknya permukaan air laut.
  • Foto: Tribun Kaltim/Bian Harnansa

    Pembatan hutan untuk digunakan sebagai lahan tambang batu-bara dan akan menjadi danau setelah tidak ditambang lagi di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

    Laju penghancuran hutan di Kalimantan Timur setara dengan 2.000 kali lapangan sepak bola setiap hari. Setiap hari 4.000 truk penuh batu bara yang dijejer akan memanjang 20 kilometer mengangkut batu bara dari perut bumi. Menurut data Pusat Penelitian Hutan Tropis Universitas Mulawarman, terdapat sekitar 11 juta hektar lahan kritis di Kalimantan Timur.
  • Foto: Kompas Images/Fikria Hidayat

    Pemandu mengantar pengunjung mengamati keanekaragaman hayati hutan hujan tropis di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (8/3). Taman yang berawal dari kawasan Cagar Alam Gunung Halimun ini ditetapkan pemerintah sebagai taman nasional pada 1992 dengan luas 40.000 hektar. Kemudian ditetapkan lagi menjadi Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) yang terletak di Provinsi Jawa Barat dan Banten meliputi Kabupaten Sukabumi, Bogor, dan Lebak, dengan luas 113,357 hektar.

    Hamparan kawasan hutan di negara-negara berkembang yang dapat menyerap karbon dan mengubahnya menjadi oksigen memiliki posisi penting dalam upaya mengatasi dampak perubahan iklim
  • Foto: Kompas/ Prihananto, Prasetyo Eko

    Desa Tagaule, Kecamatan Bawolato, Kabupaten Nias, sekitar 60 kilometer dari Gunung Sitoli, salah satu desa di pesisir Nias, tenggelam ke laut usai terjadi gempa berkekuatan 8,7 skala Richter 28 Maret 2005. Desa tersebut sekarang ditinggalkan warganya yang mengungsi ke sejumlah desa tetangga. Hanya sebagian rumah yang agak jauh dari pantai yang tersisa dan tidak terlalu tinggi terendam air laut

    Menurut analisis bersama Departemen Kelautan Perikanan RI dan PBB, pada tahun 2030, sekitar 2.000 pulau kecil di Indonesia akan tenggelam akibat dampak pemanasan global dan perubahan iklim. Tak hanya di pulau-pulau kecil, dalam simulasi dampak perubahan iklim, sebagian wilayah pesisir utara Jakarta akan tenggelam.Ancaman pulau tenggelam ini akibat kenaikan permukaan air laut.
  • Foto: Kompas/Dahono Fitrianto

    Desa Limbangan di Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, hampir tenggelam akibat terkikis habis oleh abrasi Laut Jawa yang makin mengganas pada musim Timuran (angin timur), bulan Mei-Juni seperti saat ini. Sedikitnya 13 rumah hancur dan 64 lainnya terancam sejak pertengahan Mei lalu akibat gempuran ombak.

    Hingga tahun 2009 ini, tercatat sebanyak 24 pulau kecil di Indonesia telah lenyap, baik akibat kejadian alam, maupun ulah manusia. Ke-24 pulau ini hilang akibat tsunami Aceh pada 2004, abrasi, dan kegiatan penambangan pasir yang tidak terkendali. Pulau-pulau ini di antaranya Pulau Gosong Sinjai di NAD akibat tsunami, Mioswekel di Papua akibat abrasi, dan Lereh di Kepulauan Riau akibat penambangan pasir.
  • Foto: Tribun batam/Iman Suryanto

    Sebagian jalan di Tanjung Moncong yang menghubungkan antara Desa Malang Prapat dengan Desa Berakit , Kecamatan, Gunung Kijang, Bintan, Kepri , ambles hingga 30 meter, Senin(19/1). Amblesnya badan jalan hingga setengah bagian ini di sebabkan oleh abrasi air laut yang pasang dengan di sertai ombak tinggi selama beberapa hari.

    Sebanyak 14 negara kepulauan kecil di kawasan Samudera Pasifik terancam hilang akibat naiknya permukaan air laut, diantaranya Sychelles, Tuvalu, Kiribati, dan Palau, serta Maladewa. Akibat pemanasan global, minimal 18 pulau di muka bumi ini juga telah tenggelam, antara lain tujuh pulau di Manus, sebuah provinsi di Papua Nugini. Kiribati, negara pulau yang berpenduduk 107.800 orang, sekitar 30 pulaunya saat ini sedang tenggelam, sedangkan tiga pulau karangnya telah tenggelam. Maladewa yang berpenduduk 369.000 jiwa, presidennya telah menyatakan akan merelokasikan seluruh negeri itu. Sementara itu, Vanuatu yang didiami 212.000 penduduk, sebagian warganya telah diungsikan dan desa-desa di pesisir direlokasikan.
  • Foto: GREENPEACE/John Novis

    Aktivis Greenpeace membentangkan spanduk 40 x 20 meter di bekas hutan yang dibabat PT. Arara Abadi-Siak yang dimiliki APP (Asia Pulp and Paper). Greenpeace memprotes kerusakan lahan gambut dan hutan di Semenanjung Kampar. Hutan gambut adalah wilayah yang amat penting untuk menjaga keanekaragaman hayati dan pembabatan hutan akan melepaskan sejumlah besar karbon yang berkontribusi pada perubahan iklim global.

    Dari total hutan dataran rendah yang hilang di Sumatera antara tahun 1990-2000, hampir 65%-80% ditebang untuk membuka perkebunan dan hutan tanaman industri guna memproduksi bubur kertas untuk memenuhi kebutuhan kertas kita. Artinya, hemat kertas adalah cara paling sederhana yang bisa kita kontribusikan untuk mengurangi kebutuhan membabat hutan alam. Dengan menghemat kertas, kita dapat mengurangi tekanan terhadap hutan alam, mengurangi penggunaan energi dan mencegah perubahan iklim, membatasi polusi air, udara, dan mengurangi sampah.
  • Foto: Kompas/Iwan Setiyawan

    Seorang pemulung mengais plastik dan botol bekas yang ditemukannya di antara tumpukan sampah yang menutupi permukaan laut di tepi pantai Desa kamal, Kecamatan kamal, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Selasa (9/6). Botol dan plastik bekas tersebut akan dijual ke pengepul dengan harga Rp 600 per kilogram. Timbunan sampah rumah tangga dan dari laut yang menumpuk di kawasan itu berpotensi merusak ekosistem yang ada.

    Penggunaan kantong plastik oleh masyarakat dunia sekitar 500 juta hingga satu miliar kantong plastik per hari atau hampir mencapai satu juta plastik per menit. Padahal, bumi membutuhkan waktu 500 tahun untuk mengurai sampah plastik. Oleh karena itu, penggunaan kantong plastik, terutama untuk belanja, semestinya dibatasi.
http://www.kompas.com/lipsus112009/gjtahukahanda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar